Friday, October 15, 2010

Mengenal Sosok Abu Dzar

Abu Dzar adalah seorang perampok yang mewarisi karir orang tuanya selaku pimpinan besar perampok kafilah yang melalui jalur itu. Teror di wilayah sekitar jalur perdagangan itu selalu dilakukannya untuk mendapatkan harta dengan cara mudah. Uniknya perampok satu ini hanya melakukan aksinya kepada orang-orang yang memilik harta yang berlimpah, mengingat bahwa dirinya adalah orang miskin pada masa itu.

Suatu hari Abu Dzar hijrah ke kampung dekat Mekkah. Di tempat inilah ia mendapat kabar dari Anis, saudara laki-laki nya tentang kehadiran Rasulullah SAW dengan ajaran Islam. Ia mencari sosok yang katanya memiliki akhlak yang begitu mulia dan sanagt peduli terhadap sesama. Pada akhirnya Abu Dzar dapat  menemui Rasulullah SAW. Melihat ajarannya yang sejalan dengan sikap hidupnya selama ini, akhirnya ia pun masuk Islam. Tanpa ragu-ragu, ia memproklamirkan keislamannya di depan Ka'bah, saat semua orang masih merahasiakan karena khawatir akan akibatnya. Tentu saja pernyataan ini menimbulkan amarah warga Mekkah. Ia pun dipukuli.

Sejak itu, Abu Dzar menghabiskan hari-harinya untuk mencapai kejayaan Islam. Tugas pertama yang diembankan Rasul di pundaknya adalah mengajarkan Islam di kalangan sukunya secara gerilya. Pada akhirnya bukan hanya ibu dan saudaranya, namun hampir seluruh bani Ghiffar dan suku tetangganya, suku Aslam mengikutinya memeluk Islam.

Pernah suatu hari Abu Dzar berkata di hadapan banyak orang, “Ada tujuh wasiat Rasulullah SAW yang selalu kupegang teguh. Aku disuruhnya agar menyantuni orang-orang miskin dan mendekatkan diri dengan mereka. Dalam hal harta, aku disuruhnya memandang ke bawah dan tidak ke atas (pemilik harta dan kekuasaan)). Aku disuruhnya agar tidak meminta pertolongan dari orang lain. Aku disuruhnya mengatakan hal yang benar seberapa besarpun resikonya. Aku disuruhnya agar tidak pernah takut membela agama Allah. Dan aku disuruhnya agar memperbanyak menyebut ‘La Haula Walaa Quwwata Illa Billah’. “

Suatu hari, ketika ia ikut berperang dengan pasukan Rasulullah, ia hanya mengendarai seekor keledai, ia tidak mempunyai unta seperti pasukan yang lain. Ia pun tertinggal jauh dari pasukan karena keledai yang dikendarainya sudah sangat lelah. Dengan semangat juangnya dan rasa cinta kepada Rasulullah ia tetap menyusul rombongan yang jauh ada di depan. Pada saat itu Rasulallah mencari sosok Abu Dzar yang tidak tampak dalam rombongan, ia pun bertanya pada mereka pengikutnya. "Dimana Abu Dzar?" tanya Rasul kepada para pengikutnya. "Wahai Rasulullah Mungkin ia lelah dan mengambil keputusan untuk tidak ikut berperang", jawab salah seorang dari mereka. Rasul pun kembali berkata "Tidak mungkin, Abu Dzar adalah sosok yang begitu tangguh dan pantang menyerah". Di smaping itu, tengah perjalanan Abu Dzar menyusul rombongan, ia merasakan begitu dahaga dan sampai akhirnya ia menemukan telaga. Ketika air dihadapannya hendak diminum, teringat wajah Rasulullah yang tentunya juga kehausan. Dan pada akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk meminum air segar itu.
Tampak jauh disana Rasul melihat kedatangan Abu Dzar, dengan langkah yang tertatih ia mendekati Rasul, ketika hendak memberikan air yang diambil dari telaga tadi ia jatuh pingsan, Rasul membangunkannya, dan ia pun memberi air tadi. Rasul mengetahui begitu besar kecintaan hamba Allah ini padanya, sampai ia rela menahan dahaga demi Rasulullah.

Akhir hidupnya sangat mengiris hati. Istrinya bertutur, “Ketika Abu Dzar akan meninggal, aku menangis. Abu Dzar kemudian bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai istriku? Aku jawab, “Bagaimana aku tidak menangis, engkau sekarat di hamparan padang pasir sedang aku tidak mempunyai kain yang cukup untuk mengkafanimu dan tidak ada orang yang akan membantuku menguburkanmu”.

Namun akhirnya dengan pertolongan Allah serombongan musafir yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas’ud ra (salah seorang sahabat Rasulullah SAW juga) melewatinya. Abdullah bin Mas’ud pun membantunya dan berkata, “Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara”.

No comments:

Post a Comment